Dua hari lalu saya bersama beberapa kawan menyaksikan film The Raid 2. Ini film akting terbagus yang pernah ada di Indonesia nampaknya, walaupun penuh kesadisan dan kebrutalan.
Jika bandingannya film luar, saya masih lebih suka film terakhir Jackie Chan, Police Story 2013. Aksi udah ga usah diragukan, bag-big-bug dar-der-dor juga tapi smooth, dan dramanya tetap kena.
Nah saat nonton kemarin ada beberapa hal yang bikin kami ketawa dan berkomentar.
Pas pemeran Prakoso (Yayan) mau dibunuh, epik banget suasananya, turun salju, kemudian didramatisasi dengan memori dia kepada anaknya, membuka liontin berisi foto anaknya, dicium itu liontin, dan… datang si pembunuh, masih dengan suasana bersalju, eh… di belakang si pembunuhnya ada gerobak kaki lima tulisannya ‘Lomie Ayam.’ Et dah bujug, di Indonesia belah mana ada salju??
Pas si Eka baru saja ditembak kakinya, datang si jagoan Yuda (alias Rama yang diperankan Iko Uwais). Yuda berteriak, ‘Eka, lariii!!!‘ Spontan kami langsung nyeletuk sambil men-dubbing pemeran yang baru ditembak, ‘Enak aja lari, lari, pan ini kaki saya baru ditembak, sakiit… sakiit‘
Pas proses penguburan orang yang dibunuh sama anak buah Bejo (Alex Abbad) di kebon, ada pemeran figuran tukang galinya. Kawan saya komentar, ‘Haha, itu ada guide lokalnya ya sekalian tukang gali kuburnya.’ Langsung saya sambung, ‘Hha, lumayan Mang Ujang masup tipi… Pake Bahasa Sunda mungkin dia bilang, mangga, udah dalem koq galiannya, silakan…‘
Pas adegan Iko Uwais disekap di mobil, selain menonton aksi berantemnya, kami juga sibuk membahas musuhnya, ‘Itu Pak Tarno bukan yang sebelah kiri jagoannya?‘ ‘Mana? Mana?‘ ‘Eh iya kayaknya‘ ‘Iya emang? Apa mirip doang?‘ ‘Iya ah, Pak Tarno kali itu‘ Sampai sekarang misteri siapakah itu belum terungkap.
Salah seorang kawan saya ada yang terkadang tutup mata saat nonton. Nah, di akhir-akhir, ada adegan Iko Uwais dirobek kakinya dengan senjata tajam milik musuh. Mungkin saat kejadian itu kawan saya tutup mata. Setelah adegan beres, pas dia buka mata dan melihat adegan si Iko Uwais yang lagi meringis, ‘Arrrrghhh‘ kata Iko di film. Spontan kawan saya juga meringis sambil agak teriak bilang, ‘Iihhh kenapa tuh?! Keram yaa?!‘ Kontan saya, kawan lain, dan nampaknya beberapa penonton lain tertawa, ‘Pan barusan udah jelas dibeset, Neng, kakinya… kenapa bisa jadi keram ceritanya?!‘ wkwkwk…
Tapi secara umum film ini patut diapresiasi, efek visual dan suaranya bagus walau ya lumayan bikin pegel ngeliat sama dengernya, yang penting ga rugi bayar tiket (apalagi ngantrinya saingan sama anak-anak SMA yang lagi libur UN) karena durasinya juga lama, hehehe….