Datang jam 9 pagi ke klinik lalu registrasi. Beruntung kali ini ga usah bayar karena Sang Dokter sudah memiliki kontrak dengan asuransi yang saya gunakan, jadi asuransinya yang bayar langsung ke dia.
Kemudian disuruh tunggu karena sedang padat pasien. Kata resepsionisnya bisa satu jam lebih. Kursi di ruang tunggu sudah terpakai semua, jadi duduk di tangga sampai ada yang kosong. Dugaan resepsionis benar. Untung bawa bacaan, satu jurnal dan tiga artikel lumayan beres, walaupun ada yang ngulang.
Jam 10.30an baru dipanggil masuk ruang periksa. Dokternya lumayan cool menurut saya sih gayanya, ga pakai jas putih yang suka bikin anak-anak jadi takut… hihi. Dia juga nyalamin setiap pasien saya lihat sebelum masuk ruangannya.
Dr: So… what can I do for you?
Me: I feel that my left chest is sick, especially when I am breathing longer…
Dr: Are you coughing?
Me: No
Dr: Do you feel pressure on your chest?
Me: Yes
Dr: Do you feel short of air while breathing?
Me: Yes
Dr: Since when?
Me: Maybe Sunday, after I played football. I once got hit in this chest, but it was already long time ago
Dr: When it was?
Me: More than a month…
Dr: Let me check (stethoscoping many times in my chest and back, in stand up position)
Dr: It sounds good. Maybe it just muscle problem. It will go away.
Me: No problem then with my heart?
Dr: (Smiling) I don’t think so. Other thing?
Me: This my right eye, it got hit also like two weeks ago, now I feel there is a red dot…
Dr: Ooh red ya (examining and touching my eye), but it’s also OK. No worries.
Me: It will also go away?
Dr: Yah, I think so.
Me: I don’t need medication?
Dr: Nope.
Me: Thank you.
Dr: You’re welcome.
Kelar ga lebih dari sepuluh menit dari waktu tunggu yang 90 menit. Emejjjiiing 😀
Merasakan juga tipe praktik dokter di sini yang kata orang-orang memang nampak “menggampangkan” dan susah ngasih obat. Seorang bapak, teman sekelas, juga cerita bahwa anaknya sudah panas pun tetap dibilang “It’s OK… kalau dalam tiga hari panasnya meningkat, baru bawa lagi.” Begitu pula cerita teman asal negara lain, “Bahkan diperiksa aja enggak.”
Ya sudahlah, tapi saya percaya aja apa yang dibilang dokter untuk tidak berpikir terlalu serius tentang rasa sakitnya. Kemarin kata temen sebelum saya bilang mau periksa, “Sakitnya di sini ya Zul? Loo banyak pikiran kali tuuuuh…” Hmmm… sotoyyy… *padahal iya juga sih, dikit 🙂
Saya ngopi lagi deh, awas ya Dok kalau kenapa-napa nih… tadinya udah mau puasa ngopi, sama futsal beberapa waktu… ga jadi deh kalau gitu.